Kamis, 11 April 2013

Mujahadah dan Kesabaran Kunci Kesuksesan


Mujahadah dan Kesabaran Kunci Kesuksesan
Dr. Syafaruddin, M.A. Kita tidak akan mendapatkan atau tidak akan mendapatkan kenikmatan seperti yang dijanjikan oleh Allah Swt. yaitu Syurga Allah Swt dan segala fasilitasnya, keculai dengan melalui "mujahadah" atau kesungguhan yang luar biasa
Hadirin, sidang jama'ah jumat yang dimuliakan Allah Swt!
Alhamndulillah, puji syukur Ke hadirat Allah Swt. ata limpahan rahmat kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita sama-sama hadir dalam suasana yang sangat berbahagia, dalam suasana yang penuh kedamaian, meskipun di luar sana banyak aktivitas dan pekerjaan kita yang terbengkalai namun karena dorongan iman kepada allah, kitapun hadir bersama-sama di tempat ini dalam rangka melaksanakan kewajiban kita kepada-Nya, yaitu shalat Jumat secara berjama'ah.

Salam dan salawat semoga tercurah kepada junjungan Nabi kita Muhammad saw. Beliau diutus untuk keselamatan kita di dunia dan keselamatan kita di akhirat kelak. Semoga beliau mendapatkan rahmat di sisi-Nya, dan kita ummatnya mendapatkan syafaatnya di hari kemudian, dimana, nantinya tidak ada naungan lagi kecuali naungan dari Allah Swt. dan tidak ada syafaat kecuali syafaat Rasulullah saw, amin ya rabbal alamin.

Khutbah ini berangkat dari berfirman Allah Swt: "Apakah kalian semua mengira bahwa kalian akan masuk surga sebelum Allah Swt memastikan siapa diantara kalian yang betul-betul bermujahadah dan bersungguh-sungguh di jalan Allah Swt, dan mengetahui siapa yang benar-benar bersabar, QS. Al Imran: 142.

Hadirin yang dumilakan oelh Allah Swt.
Ayat ini menekankan dua syarat untuk memasuki syurga Allah Swt., tanpa dua syarat ini, maka syurga Allah Swt akan jauh dari kita, dan sebaliknya neraka Allah Swt mengintai setiap saat-saat kita. Syarat yang pertama adalah Mujahadah, dan syarat yang kedua adalah sabar.

Kita tidak akan mendapatkan atau tidak akan mendapatkan kenikmatan seperti yang dijanjikan oleh Allah Swt. yaitu Syurga Allah Swt dan segala fasilitasnya, keculai dengan melalui "mujahadah" atau kesungguhan yang luar biasa.  Syurga dan segala kenikmatannya tidak mungkin didapatkan dengan berleha-leha atau bermain-main, tetapi harus dicapai dengan kesungguhan yang luar biasa. Sama halnya dengan pencapaian dari berbagai keinginan kita. Kita ingin mendapatkan hal-hal yang diimpi-impikan, dalam ikhtibar, dalam prestasi kelulusan yang memuaskan, semuanya hanya dapat dicapai dengan melalui mujahadah atau kesungguhan yang maksimal. Bagi mahasiswa, untuk mencapai prestasi yang maksimal maka ia harus selalu mengulangi dan terus mengulangi pelajaran-pelajaran yang telah diperolehnya.  Orang sukses tidak pernah berleha-lehan di dalam kehidupannya. Ia senantiasa menanmkan sikap bersunguh-sungguh di dalam hati dan perilakunya untuk mencapai hal yang diinginkannya. Dan, hal ini adalah ciri orang yang mengaplikasi kalimat "Asyhaduallah ilaha illallah wasyhaduanna Muhammadarrasulullah" dalam kehidupannya, yaitu orang yang tidak pernah berleha-leha, tidak pernah bermain-main dalam mewujudkan kebahagiaan hidupnya itu. Ia senantiasa mengisi setiap sendi dan langkah kehidupannya dengan penuh kesungguhan, dan mujahadah pada dirinya, mujahadah pada keluarganya, dan mujahadah pada masyarakat.

Pengaplikasian mujahadah dalam kepribadian, dapat dilihat dalam sejarah seperti yang dicontohkan oleh para nabi-nabi Allah saat menyampaikan risalah dan risalah itu bisa sampai kepada kita. Bagaimana mujahadah Nabi Nuh a.s. dalam menyampaikan risalah Allah Swt. yang berlangsung kurang lebih 950 tahun. Hanya sedikit saja manusia yang mau mengikuti risalahnya atau yang b eriman. Perhatrikan peristiwa perahu Nabi Nuh yang saat itu digambarkan bahwa yang lebih banyak naik ke perahu Nabi Nuh adalah sejenis binatang ketimbang manusia. Apakah, penolakan ummatnya untuk tidak beriman sehingga Nabi Nuh harus berhenti berdakwah? tidak! Karena risalah-risalah Allah yang dibawah oleh para Nabi Allah itu adalah jalan yang lurus dan jalan keselamatan, dan hal ini tidak boleh berhenti walaupun satu detik. Dan kalau berhenti atau kita menghentikannya, maka itu sama halnya kita menghentikan satu mata rantai kesalamatan kita di akhirat.

Maka dari itu, Allah Swt menjelaskan dalam Al Qur'an-Nya terkait dengan Rasulullah saw, yang artinya "Ala risali rasulillahi muhammad saw: kullu hajihi sabili ud'u ilallah ana wamanittaba'ani." Kul hajihi... ini isyarat, mengapa mesti hajihi dan selanjutnya disambung dengan kata sabili. Apa hubungan atau korelasi kedua kata ini? Maksudnya, hajihi sabili, hajihi risalatudda'wah Sabili adalah jalanku. Ud'u ilallahi ala basyiratin: saya munajah kepada Allaw Swt  dengan basyirah ana manittaba'ani... dan orang-orang yang mengitu saya.

Ini menegaskan bahwa "risalattudda'wah" adalah jalan-jalan keselamat, dan menentang risalatudda'wah berarti menjerumuskan diri ke dalam neraka. Begitulah keterangan Allah Swt yang sangat jelas di dalam Al Qur'an dan Sunah-sunnah Rasul-Nya. Lihat pula mujahadah Nabiullah Ibrahim a.s. ketika beliau harus berhadapan dengan bapaknya sendiri bersama masyarakat yang ada di sekitarnya. Konsekwensi dari da'wah yang diembannya, Nabi Ibrahim dikenakan hukuman dilempar ke dalam api yang membara. Apakah risalah yang diembannya itu berhenti?  "risalattudda'wah" tetap berlanjut. Hal ini terkait dengan kabar kegembiran yang disampaikan Allah Swt. bahwa Allah Swt akan mendatangkan suatu kaum yang lebih baik dari kaum yang terdahulu. Dan ada sekelompok ummat yang akan selalu membela kebenaran di atas permukaan bumi ini.

Yang jadi permasalahan adalah, "apakah kita sudah menjadi bahagian dari kelompok ummat yang selalu berada dalam barisan pembela kebenaran tadi? Kalau tidak, ada dua kemungkinan, yaitu  kita akan dijadikan sebagai pengganjal kayu bakar di dalam neraka ataukah kita termasuk orang yang mendapat petunjuk Allah dan bergabung bersama kelompok pembela kebenaran tadi.

Para pembela kebenaran itu adalah uswatun khasanah bagi kita. Nabi Musa a.s. ketika ia harus berhadapan dengan bapak angkatnya, yaitu Fir'aun laknatullah yang akhirnya Nabi Musa dikejar-kejar dan ingin dibunuh agar menghentikan risalah yang disampaikannya. Allah tidak menhghendaki itu. Allah selalu memenangkan setiap orang yang bermujahadah untuk mebelah hak-hak Allah Swt. Dalam firman-Nya: Wallazina jahadu fina wanahdiannahu subulana. Orang-orang yang bermujahadah itu adalah orang-orang yang membela hak-hak Allah dan hak-hak kaum muslimin. Niscaya Allah akan membuka jalan-jalan kedamain, jalan keselamatan dirinya, dan demikian pula di hari kemudian nantinya. Dan ini adalaha janji Allah Swt yang pasti adanya.Untuk mendapatkan syurga terkadang kita harus bermandikan darah, bermandikan air mata dan hal ini telah dicontohkan oleh para nabi Allah, karena mereka telah mendapatkan berita kegembiraan seperti dalam firman Allah Swt, yang bunyinya: 'assabiquna wal awwaluna wal mubassyaruna bil jannah'. Bahwa orang-orang yang senantiasa membela kebenaran telah disampaikan berita kegembiraan bahwa mereka insya Allah akan masuk syurga kelak.

Disisi lain dalam QS. Al Imran: 142 adalah adanya penggandengan antara kata "Mujahadah" dengan kata "Assabar". Ini dapat dimaknai bahwa mujahadah tidak akan bernilai tanpa dilakukan dengan kesabaran yang tingkat kesulitannya jauh lebih besar dibandingkan dengan mujahadah yang kita lakukan. Sebagai contoh, mujahadah terhadap perubahan perilaku kita sendiri, dalam kepribadian kita. Di saat kita ingin bermujahadah atau ingin melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik, tentu hal ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena, saat itu akan terjadi pertentangan-pertentangan batin yang senantiasa meronrong hati kita untuk tidak melakukan perubahan-perubahan ke arah yang baik itu. Dan, hal ini tidak akan terjadi jika semuanya tidak disikapi dengan kesabaran yang sempurna. Semakin tinggi mujahadah diri dalam perilaku maka semakin membutuhkan tingkat kesabaran yang jauh lebih tinggi lagi. Dan mujhadah harus terus berjalan sesuai dengan tingkat kemampuan dan kesabran yang dimiliki. Dan inilah wujud dari janji Allah bahwa jika menginginginkan kesuksesan dunia dan akhirat, dan keinginan mendapatkan syurga, maka kita harus memiliki mujahadah dan kesabaran yang ekstra untuk meraih kesuksesan tersebut. Barang siapa bersungguh-sungguh bermujahadah maka dia akan mendapatkan kesuksesan dari kesunguhannya itu sendiri.

sumber : https://www.unismuh.ac.id/artikel_unismuh/3073-mujahadah-dan-kesabaran-kunci-kesuksesan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar