Sabtu, 12 Januari 2013

37. Manajemen Website




Website atau situs internet, lazimnya disebutkan dengan awalan ”www” atau world wide web. Perkembangan awal website terkait erat dengan perkembangan jaringan internet yang semula diciptakan untuk kepentingan militer AS. Dalam perkembangan selanjutnya pemanfaatan website merambah hampir semua kalangan, baik itu dunia usaha, pendidikan, keagamaan, jurnalistik hingga keperluan pribadi. Website dipandang sebagai sebuah ”jalan baru” bagi pemasaran (new wave of marketing). Mulai dari pemasaran produk atau jasa individu maupun institusi bisnis, pemasaran program pendidikan di perguruan tinggi, hingga yang teranyar adalah pemasaran untuk menjadi calon Presiden Amerika Serikat (dan terpilih!).
Bagi kalangan organisasi, baik itu organisasi profit maupun non-profit (bisnis dan non-bisnis), website dapat dikategorikan sebagai ”kantor online” dan sebagai sebuah “kantor online” dewasa ini menjadi tren seiring dengan semakin pesatnya perkembangan internet. Beragam fungsi website diantaranya adalah sebagai identitas perusahaan/organisasi, brosur online produk/jasa perusahaan/organisasi, media publikasi, bahkan pada beberapa organisasi profesi/lembaga pendidikan, website menjadi sumber rujukan/referensi serta media penyampaian pengetahuan/tutorial secara online (online education). Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa website merupakan media komunikasi antara pemilik website dan publik.
Meskipun memiliki banyak manfaat, website tak jarang menimbulkan masalah yang kerapkali berakhir di pengadilan. Sengketa nama domain atau content yang tidak sesuai dengan kebijakan pemilik (apabila ditangani oleh operator atau mantan operator yang tidak bertanggung jawab), merupakan salah satu contoh diantara sekian banyak kasus yang terjadi. Terlebih lagi dengan telah disahkannya Rancangan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) menjadi undang-undang, kedudukan website menjadi sebuah dokumen hukum yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dipengadilan.
Manajemen/Pengelolaan Website
Pada prinsipnya, terdapat 2 (dua) macam pengelolaan website. Pertama adalah pengelolaan menyangkut ”backbone”, dan kedua adalah pengelolaan isi (content) dari website.
Pengelolaan model pertama menyangkut hal-hal meliputi kerangka dasar sebuah website, baik untuk perubahan tampilan luar (termasuk pengangkatan pertama design website/uploading), pengaturan hosting maupun fungsi-fungsi tambahan dari website seperti pembuatan alamat surat elektronik (e-mail) yang berakhiran nama website (namaanda@namawebsite.com/.../.org/.net). Diluar itu juga terdapat fungsi untuk mengetahui statistik pengunjung.
Semua pengelolaan untuk model pertama, berada dalam menu control panel (cpanel) sebuah website. Pada cpanel, terdapat username dan password yang hanya dapat diakses oleh “super admin” (orang yang “menguasai” manajemen website secara keseluruhan). Meski tidak mutlak dibutuhkan pemahaman algoritma kompleks maupun bahasa pemrograman untuk mengelola cpanel, namun adanya pemahaman tentang bahasa pemrograman dapat memudahkan pengelolaan. Khususnya pengelolaan menyangkut perubahan tampilan/design website yang harus dibuat terpisah sebelum dilakukan pengangkatan (upload).
Adapun pengelolaan model kedua lebih menyangkut pada isi/content dari sebuah website. Meskipun tampak lebih “rendah” tingkat manajemennya (biasa disebut ‘admin’), namun content adalah tampilan yang berisi uraian kata, gambar, tabel yang akan dibaca oleh publik pengunjung website. Dalam hal ini, pengelola model kedua (admin) memiliki akses di menu administrator untuk mengubah isi dari berita/gambar/tabel maupun materi dari isi website secara penuh. Meskipun relatif lebih jarang menjadi kasus, namun konflik yang timbul antara pemilik website (perorangan/perusahaan/organisasi) dengan admin yang ditunjuk (bila terjadi pemisahan tugas antara pemilik dan pengelola website) cukup merugikan bagi pihak pemilik. Hal ini terutama apabila pihak pengelola yang tidak dapat menerima atau memahami kebijakan pemilik, dapat mengisi tampilan website dengan berita/foto/tabel yang dapat merugikan pemilik (diluar jalur kebijakan pemilik). Pihak pemilik yang telah memberikan kode akses di menu administrator, agak sulit membatalkan kode akses-nya kecuali atas keikhlasan dari pengelola.
Daftar Menu dan Fungsi Menu
Daftar menu yang terdapat pada control panel (cpanel), menyangkut keseluruhan akses pada website. Kategori yang terdapat adalah preferences, mail, files, logs, security, domains, databases, software/services serta advance menu.
Sederhananya, menu-menu yang familiar dipergunakan oleh superadmin yang awam bahasa pemrograman berdasar pada kategori yang ada diatas adalah:
▪ Kategori preferences, menu change password (mengubah password masuk cpanel).
▪ Kategori mail: menu e-mail (pembuatan alamat e-mail, penghapusan alamat e-mail, pembelokan e-mail yang dikirim / ditujukan pada alamat e-mail yang telah dibuat),
Kategori files: menu-menu backups, file manager, web disk serta disk space usage. Penggunaan menu-menu dalam kategori files ini terkait dengan design sebuah website ketika akan melalukan uploading. Upload design baru website masuk melalui menu file manager, serta menu backups untuk menyimpan design yang diupload. Disarankan untuk secara berkala melakukan pengecekan atas kapasitas disk yang tersedia pada menu disk space usage untuk mengetahui bahwa besar design yang dimasukkan (baik untuk upload maupun backup), masih dalam kapasitas storage yang tersedia. Penjelasan fungsi file manager akan lebih relevan bila design telah dibuat atau siap untuk upload dan biasanya menjadi “satu paket” pekerjaan dengan pihak designer untuk melakukan uploading dibawah supervisi super admin (upload umumnya dilaksanakan oleh webdesigner).
▪ Kategori logs: menu bandwith (mengetahui bandwith yang telah dipergunakan dari alokasi yang tersedia), webalizer dan awstats (statistik website, baik statistik pengunjung domain utama maupun statistik pengujung subdomain).
▪ Kategori security: menu yang umumnya dipergunakan biasanya adalah password protect directories. Ini untuk mengetahui folder-folder menu yang dilindung dengan password.
▪ Kategori domains: menu subdomains (untuk melakukan perubahan berupa pembuatan atau penghapusan subdomain yang dibut)
Namun demikian, tidak terdapat menu untuk mengisi content website dengan tulisan/gambar/tabel pada menu cpanel. Hal ini seperti telah disampaikan diatas meskipun cpanel merupakan akses pada keseluruhan website, namun terbatas pada backbone dari website, diluar content. Kegiatan untuk mengisi content website dengan tulisan/gambar/tabel dilakukan melalui menu administrator (admin).
Daftar menu yang terdapat pada halaman admin (administrator), hanya mengisi apa yang telah didesain sedari awal untuk diisi. Baik pengisian baru maupun perubahan. Dalam hal ini, tidak dimungkinkan untuk merubah judul dari sebuah website ataupun merubah design sebuah website dari halaman admin. Sebagaimana telah disampaikan diatas bahwa kegiatan untuk mengubah tampilan website, hanya dapat dilakukan melalui design ulang yang kemudian diupload melalui cpanel. Menu yang ada di halaman admin, adalah kategori-kategori yang telah dibuat didalam website tersebut. Umumnya kategori-kategori tersebut menyangkut berita internal, opini, berita foto serta running text yang tersedia.
Designer Website
Dari diskusi-diskusi informal peminat webdesign, setidaknya masih menjadi perdebatan apakah pekerjaan seorang designer website adalah pekerja seni atau pekerja teknologi? Hal ini terjadi, karena kreasi sebuah website tak jarang menimbulkan penilaian secara artistik. Diantaranya adalah penilaian; apakah komposisi warna dan grafis yang dibuat oleh seorang designer memberikan harmonisasi dengan visi dan misi dari pemilik website atau tidak. Disamping itu, jika merujuk pada ”mazhab” seni postmodern, beberapa design website sedikit banyak ”terkontaminasi” dengan ”warna dan grafis” yang menjadi aliran utama postmodern.
Jalan tengah yang berkembang, seorang designer website adalah seorang ”pekerja seni yang berbasis teknologi”. Hal ini dikarenakan media yang dipergunakan untuk berkreasi menggunakan hasil kreasi/produk teknologi berupa software/bahasa program. Disisi lain, seorang designer dituntut untuk menciptakan design tampilan sebuah website dengan cita rasa yang menimbulkan hasrat pada keindahan dari pemilik/pengunjung (art passion). Merujuk pada ”definisi” diatas, seorang designer cenderung dituntut memiliki ”kepekaan seni” dimana pekerjaan seni adalah pekerjaan yang sangat ”personal touch”. Sehingg tak jarang terdapat ”ikatan emosional” antara seorang designer dengan website kreasinya.
Apabila mengerjakan pesanan seorang pemilik dengan sebuah kategori, maka perubahan kategori akan berarti merubah sebuah karya seni. Secara teknis, merubah tampilan sebuah website ibarat merubah sebuah bagian bangunan yang telah dirancang sesuai permintaan awal pemilik. Ada kalanya designer yang ”kejar setoran” bersedia melakukan perubahan sepanjang terdapat ”penyelesaian secara adat”. Namun apabila seorang designer yang ”lebih mementingkan ikatan emosional” dengan design yang telah dibuat, cenderung menolak untuk mengubah kembali. Hal ini kerap dinilai oleh pemilik website, sebagai bentuk ”pembangkangan”.
Tentang Nama Domain
Salah satu hal yang sangat erat kaitannya dengan website adalah menyangkut nama domain (domain name). Pada prinsipnya, nama domain merupakan sebuah alamat matematis dalam sistem komputasi untuk menunjukkan sebuah posisi. Mengingat bahwa penggunaan bahasa matematis untuk menunjukkan alamat sebuah website dirasa cukup sulit, maka dibuatlah identifikasi alamat yang lebih mudah dan dapat dipahami oleh orang kebanyakan. Maka digunakanlah nama domain seperti yang saat ini dipergunakan.
Pada dasarnya, penamaan sebuah website terdiri dari 3 bagian. Lazimnya, orang menyebut alamat dengan sebutan awal ”www” dengan arti yang telah dijelaskan pada awal tulisan ini. Selain menyebutkan ”www”, dapat pula dipergunakan sebutan ”http” sebagai bagian pertama penamaan sebuah alamat website. Bagian kedua adalah nama dari individu/organisasi/perusahaan dimaksud. Baik nama lengkap, nama kecil, singkatan maupun nama dagang atau nama sebuah produk/jasa yang telah lebih dulu dikenal oleh publik. Bagian ketiga adalah akhiran, hal ini harus merujuk pada institusi international yang mengelola penamaan sebuah domain. Untuk akhiran, ini pula telah berkembang demikian pesat yang semula hanya terdapat 3 kategori generic top level domain (gTLD) hingga saat ini berkembang sekitar 6 gTLD.
Termasuk dalam kategori gTLD yang populer adalah akhiran “com” (commercial, awalnya ditujukan untuk sebuah situs komersial seperti perusahaan yang dalam perkembangannya karena terlanjur populer, alamat website seorang tokoh politik atau selebriti menggunakan akhiran “com”). Selain itu terdapat pula akhiran “org” (organization, ditujukan untuk sebuah situs organisasi nirlaba), serta akhiran “net” (network yang ditujukan untuk sebuah situs jaringan. Diluar ketiga gTLD tadi terdapat beberapa gTLD lain, seperti ”biz” (diperuntukkan bagi kalangan bisnis) serta ”info” (diperuntukkan bagi situs informasi secara umum, baik organisasi, bisnis maupun individu).
Selain generic Top Level Domain, dikenal pula ccTLD (country code Top Level Domain) atau DTD (domain tingkat dua). Melihat artinya, tepatlah apabila dipahami bahwa DTD mengandung unsur “nasionalisme” karena memasukkan nama sebuah negara pada alamat website. Untuk di Indonesia, ccTLD yang dikenal antara lain adalah “co.id” (artinya adalah company (registered in) Indonesia), “org.id” (organisasi yang terdaftar di Indonesia) serta “ac.id” (academic Indonesia; lembaga pendidikan tinggi yang terdaftar di Indonesia). Selain itu ada pula “go.id” (yang artinya adalah situs resmi milik pemerintah Indonesia (Government of Indonesia). Persyaratan untuk dapat mempergunakan DTD ini berbeda-beda pada masing-masing negara. Untuk Indonesia (diluar ”go.id”), dibutuhkan legalitas formal untuk dapat menggunakan DTD.
Sebagai contoh, untuk dapat memiliki DTD bagi PT Maju Bersama, maka DTD yang ”sangat disarankan” adalah ptmajubersama.co.id. Untuk dapat menggunakan domain ”co.id” diakhir nama perusahaan, dibutuhkan setidaknya Akta Notaris, Surat Domisili Usaha, Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) serta Surat Keterangan Kehakiman yang menegaskan bahwa benar PT Maju Bersama adalah sebuah badan hukum berbentuk perseroan. Tanpa semua kelengkapan administratif sebagaimana disampaikan diatas, maka upaya registrasi PT Maju Bersama untuk dapat menggunakan nama domain ptmajubersama.co.id akan sia-sia.
Penyebutan sebuah alamat website, dilakukan secara lengkap. Hal ini termasuk menyebutkan ”titik” diantara bagian pertama dan bagian kedua serta bagian kedua dan bagian ketiga dalam nama sebuah website. Titik ini disebut ”dot” yang harus disebutkan secara lengkap. Hal ini karena selain nama yang dapat dibaca oleh awam, harus diingat bahwa komponen huruf dalam nama domain merupakan representasi dari simbol matematis yang hanya dapat dibaca oleh sistem yang bekerja di komputer. Dengan kata lain, penyebutan lengkap dimaksudkan untuk meningkatkan presisi ketika menyebut alamat sebuah website selain bahwa titik tersebut sebagai pemisah antar ketiga bagian dari sebuah alamat website. Namun lazimnya, penyebutan ”www” tidak disebutkan secara mendetail selain hanya sebatas ”www” atau ”http”. Sebagai contoh, alamat website PT Maju Bersama yang tidak menggunakan DTD tertulis www.ptmajubersama.com (baca: www dot PT Maju Bersama dot com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar