Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategis memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi.
Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar. Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi tujuan strategis. Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi. Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi. Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi.
Definisi
Beberapa pakar dalam ilmu manajemen
mendefinisikan manajemen strategis dengan cara yang berbeda-beda. Ketchen
(2009) mendefinisikan manajemen strategis sebagai analisis,
keputusan, dan aksi yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan dan
mempertahankan keunggulan
kompetitif.[2] Definisi ini menggambarkan dua elemen utama manajemen
strategis. Pertama, manajemen strategis dalam sebuah perusahaan berkaitan
dengan proses yang berjalan (ongoing processes): analisis, keputusan,
dan tindakan. Manajemen strategis berkaitan dengan bagaimana manajemen
menganalisis sasaran strategis (visi, misi, tujuan) serta kondisi internal dan eksternal yang
dihadapi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan harus menciptakan keputusan
strategis. Keputusan ini harus mampu menjawab dua pertanyaan utama: (1)
industri apa yang digeluti perusahaan dan (2) bagaimana perusahaan harus
bersaing di industri tersebut. Terakhir, tindakan diambil untuk menjalankan
keputusan tersebut. Tindakan yang perlu dilakukan akan mendorong manajer untuk
mengalokasikan sumber daya dan merancang organisasi untuk mengubah rencana
menjadi kenyataan.
Elemen kedua, manajemen strategis adalah
studi tentang mengapa sebuah perusahaan mampu mengalahkan perusahaan lainnya.
Manajer perlu menentukan bagaimana perusahaan bisa menciptakan keunggulan
kompetitif yang tidak hanya unik dan berharga, tetapi juga sulit ditiru atau
dicari subtitusinya sehingga mampu bertahan lama. Keunggulan kompetitif yang
mampu bertahan lama biasanya didapatkan dengan melakukan aktivitas berbeda
dengan apa yang dilakukan pesaing, atau melakukan aktivitas yang sama dengan
cara yang berbeda.
Posisi
strategis
Porter (1996) mendefinisikan strategi
sebagai "penciptaan posis unik dan berharga yang didapatkan dengan
melakukan serangkaian aktivitas."[3]. Porter menjabarkan tiga basis posisi strategis.
Ketiganya tidak mutually exclusive dan seringkali saling bersinggungan.
Basis pertama didapatkan dengan memproduksi bagian kecil (subset) sebuah
produk dari industri tertentu. Porter menyebutnya sebagai variety-based
positioning karena posisi ini berasal dari pemilihan produk, bukan
berdasarkan segmentasi konsumen. Dengan kata lain, perusahaan berusaha memenuhi
sedikit kebutuhan dari banyak orang. Porter menyontohkan Jiff Lube
International yang hanya memproduksi pelicin (lubricant) otomotif dan
tidak menawarkan produk perawatan lainnya. Variety-based positioning efektif
bila perusahaan memiliki kemampuan menciptakan produk subset tersebut dengan baik, jauh lebih unggul dibanding
pesaingnya.
Basis kedua adalah melayani sebagian besar
atau bahkan seluruh kebutuhan dari seke konsumen tertentu, yang disebut sebagai
needs-based positioning. Contohnya adalah IKEA yang berusaha memenuhi
seluruh kebutuhan mebel, bukan hanya sebagian (subset), untuk target pasarnya.
Posisi ini didapatkan dengan melakukan serangkaian aktivitas dengan cara
berbeda dengan yang dilakukan pesaing. Apabila tidak ada perbedaan dalam
aktivitas, konsumen tidak akan mampu membedakan perusahaan bersangkutan dengan
pesaing. Varian dari model ini adalah memenuhi kebutuhan target pasar untuk
waktu yang berbeda-beda. Seorang konsumen, misalnya, memilki kebutuhan yang
berbeda ketika ia melakukan perjalanan untuk bisnis dan ketika dia melakukan
perjalanan untuk liburan. Perusahaan bisa mengambil posisi untuk memenuhi
kebutuhan yang berbeda-beda dari target pasar yang sama.
Basis ketiga didapatkan dengan menarget
konsumen yang dapat diakses dalam cara yang berbeda, yang disebut sebagai access-based
positioning. Konsumen-konsumen ini, meskipun memiliki kebutuhan dan
keinginan yang hampir sama dengan konsumen lainnya, membutuhkan konfigurasi
aktivitas yang berbeda untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Porter
mencontohkannya lewat Carmike Cinemas, yang mengoperasikan bioskop hanya
di kota-kota kecil yang padat, namun dengan populasi kurang dari 200.000 orang.
Meskipun pasarnya kecil dengan kemampuan pembeliannya di bawah kota besar,
Carmike Cinemas berhasil meraih keuntungan karena melakukan aktivitas berbeda
dengan yang ditawarkan bioskop-bioskop di kota besar, misalnya dengan melakukan
standardisasi, membuka hanya sedikit studio, dan menggunakan teknologi proyektor yang lebih rendah dibanding dengan bioskop di kota
besar.
Pembentukan
strategi
Tugas pertama dalam manajemen strategis pada
umumnya adalah kompilasi dan penyebarluasan pernyataan misi. Aktivitas ini
mendokumentasikan kerangka dasar organisasi dan mendefinisikan lingkup
aktivitas yang hendak dijalankan oleh organisasi.
Setelah itu, organisasi bersangkutan akan
melakukan pemindaian lingkungan untuk membangun keselarasan dengan pernyataan
misi yang telah dibuat.
Pembentukan strategi adalah kombinasi dari
tiga proses utama sebagai berikut:
- Melakukan analisis situasi, evaluasi diri dan analisis pesaing: baik internal maupun eksternal; baik lingkungan mikro maupun makro.
- Bersamaan dengan penaksiran tersebut, tujuan dirumuskan. Tujuan ini harus bersifat paralel dalam rentang jangka pendek dan juga jangka panjang. Maka di sini juga termasuk di dalamnya penyusunan pernyataan visi (cara pandang jauh ke depan dari masa depan yang dimungkinkan), pernyataan misi (bagaimana peran organisasi terhadap lingkungan publik), tujuan perusahaan secara umum (baik finansial maupun strategis), tujuan unit bisnis strategis (baik finansial maupun strategis), dan tujuan taktis.
Komponen
proses manajemen strategis
Manajemen strategis secara umum didefinisikan
sebagai suatu proses yang berorientasi masa depan yang memungkinkan organisasi
untuk membuat keputusan hari ini untuk memposisikan diri untuk kesuksesan di
masa mendatang. Pandangan yang lebih tradisional dari manajemen strategis
menggunakan pendekatan linear dimana pertama dilakukan pemantauan terhadap
lingkungan organisasi (baik internal dan eksternal), strategi dirumuskan,
strategi yang diimplementasikan dan lantas kemajuan organisasi terhadap
strategi kemudian dievaluasi. Kecepatan pacu saat ini dari perubahan menyatakan
bahwa tahap perumusan dan pelaksanaan harus lebih diintegrasikan lebih erat
untuk memastikan bahwa sejalan terjadinya perubahan dan timbulnya masalah di
implementasi, strategi tersebut kembali dikunjungi secara terus menerus.
Pemantauan lingkungan harus mencakup baik
internal dan komponen eksternal. Sementara sebagian besar organisasi merasa
nyaman dengan pemindaian lingkungan internal, mereka masih memiliki lebih
banyak kesulitan dengan bagian eksternal. Organisasi yang hanya melihat ke
dalam masih kehilangan setengah dari persamaan utuh untuk membuat keputusan
yang lebih efektif bagi perusahaan. Beberapa elemen yang biasa digunakan untuk
memeriksa kondisi eksternal meliputik industri sebagai suatu keseluruhan
(termasuk tren yang berdampak pada industri), dan tren sosial dalam empat
bidang utama: ekonomi, teknologi, tren politik-hukum, serta sosial-budaya.
Ada tiga tingkatan strategi dibuat dalam
organisasi yang lebih besar, yakni meliputi strategi perusahaan, bisnis, dan
fungsional (atau operasional). Sementara strategi perusahaan akan menentukan
bisnis apakah yang perusahaan akan benar-benar beroperasi di sana, strategi
bisnis akan menentukan bagaimana perusahaan akan bersaing di masing-masing
bisnis yang telah dipilih. Dan strategi tingkat operasional akan menentukan
bagaimana masing-masing bidang fungsional (seperti sumber daya manusia atau
akuntansi) benar-benar akan mendukung strategi-strategi bisnis dan korporasi.
Semua strategi ini harus berkaitan erat untuk memastikan bahwa organisasi
bergerak ke arah yang menyatu.
Data dari pemantauan lingkungan ini kemudian
digunakan untuk membuat rencana strategis bagi organisasi - yang kemudian
dilaksanakan. Sebuah pepatah lama menyatakan bahwa "gagal dalam
merencanakan sama dengan merencanakan untuk gagal”. Jika sebuah organisasi
tidak merencanakan arahnya, dia juga terbilang tidak mengambil kendali atas
masa depannya. Tahap implementasi melibatkan hampir semua anggota organisasi.
Akibatnya, perusahaan akan perlu melibatkan lebih banyak karyawan dalam tahap
perencanaan. Sementara perhatian historis lebih diberikan untuk tahap
perencanaan, organisasi saat ini yang cerdik juga menyadari sifat kritis dari
aspek pelaksanaan. Rencana terbaik tak ada artinya jika implementasinya cacat.
Komponen terakhir dari manajemen strategis
adalah evaluasi dan pemantauan kemajuan perusahaan ke arah sasaran
strategisnya. Organisasi-organisasi yang meyakini bahwa proses terbilang
selesai setelah rencana diimplementasikan hanya akan menemukan diri mereka
menemui kegagalan. Penting sekali bagi organisasi untuk terus memantau
kemajuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar