Sabtu, 12 Januari 2013

2. Pengarah & pengembangan organisasi komunikasi




Komunikasi adalah, proses pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. Dalam penyampaian atau penerimaan informasi ada dua pihak yang terlibat yaitu : 
1. Komunikator : Orang atau kelompok orang yang menyampaikan informasi atau pesan
2. Komunikan : orang atau kelompok orang yang menerima pesan. 
Dalam berkomunikasi keberhasilan komunikator atau komunikan sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : 
1. Cakap 
2. Pengetahuan
3. Sikap 
4. Sistem Sosial 
5. Kondisi lahiriah 

Proses Komunikasi
Dalam dataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu:
1. Perspektif kognitif.  Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif  adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian.  Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya.  Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi. 
2. Perspektif perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver.  Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons.  Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver. 
Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi.  Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver).  Satu respons khusus diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya.  Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak.
Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang disajikan dalam suatu model berikut:
Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
1. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan.  Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan. 
2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain.  Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar. 
3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode).  Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, enulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu.  Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan.  Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon.  Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau ohp (overheadprojector).  Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki. 
4. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan.  Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang.  Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.  Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan  hanya terjadi dalam pikiran penerima.  Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut. 
5. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima.  Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu.  Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya.  Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi. 

Saluran komunikasi adalah alat melalui mana sumber komunikasi menyampaikan pesan-pesan (messages) kepada penerima (receiver). Saluran ini dianggap sebagai penerus/penyampai pesan yang berasal dari sumber informasi kepada tujuan informasi.komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi disebut sebagai komunikasi antarpribadi.
Dalam komunikasi antarpribadi, yang menjadi saluran maupun sumber komunikasi adalah pemrakarsa komunikasi. Saluran mass media adalah semua alat penyampai pesan-pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai audience yang luas dan tak terbatas. Surat kabar, radio, film, dan televise merupakan alat yang memungkinkan sumber informasi menjangkau audience dalam jumlah yang besar dan tersebar luas. Karakteristik yang membedakan proses komunikasi antarpribadi dengan proses komunikasi massa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL KARAKTERISTIK SALURAN KOMUNIKASI

Karakteristik
Saluran 
Antarpribadi
Saluran
Mass Media
1. Arus Pesan
2. Konteks Komunikasi
3. Tingkat umpan balik yang terjadi
4. Kemampuan mengatasi tingkat 
(Selektivitas (terutama “selective exposure”)
5. Kecepatan jangkauan terhadap 
audience yang besar
6. Efek yang mungkin terjadi
Cenderung 2 arah
Tatap muka
Tinggi
Tinggi
Relatif lambat
Perubahan sikap
Cenderung searah
Melalui media
Rendah
Rendah
Relatif cepat
Penambahan
pengetahuan

Pilihan terhadap penggunaan saluran komunikasi banyak bergantung pada maksud dan tujuan komunikasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa mass media akan berperan secara efektif dalam merubah pendapat (misalnya, menambah pengetahuan), sedangkan komunikasi antar pribadi umunya lebih efektif dalam merubah sikap. Pesan-pesan melalui mass media memang kurang kuat dalam merubah sikap, kecuali kalau pesan-pesan tersebut justru memperkuat nilai-nilai dan kepercayaan (belief) audience, sedangkan pesan-pesan yang bertentangan akan disaring audience melalui tingkat selectivitas mereka.
Mekanisme selectivitas senantiasa terjadi baik pada komunikasi antar pribadi maupun pada komunikasi massa, hanya pada komunikasi massa tampaknya mekanisme ini lebih berperan. Saluran komuikasi yang tepat akan dipilih berdasarkan tujuan dari sumber komunikasi serta pesan yang akan disampaikan pada audience. Seringkali melalui pemanfaatan pel-bagai jenis mass media dan penggabungannya dengan aluran komunikasi antara audience dalam jumlah besar dan mengharapkan suatu perubahan yang meluas.

Komunikasi informal adalah kebalikan dari komunikasi formal biasanya terjadi dengan spontan sebagai akibat dari adanya persamaan perasaan, kebutuhan, persamaan tugas dan tanggung jawab. Komunikasi informal pada pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu, ruang dan tempat, kadang-kadang komunikasi informal lebih berhasil, dan peranannya tidak kalah penting, karena dapat disampaikan setiap saat, asalkan bermanfaat untuk kemajuan organisasi. Namun penyampaiannya kurang sistematis, karena pertumbuhan dan penyebarannya tidak teratur. 
Kadang-kadang seorang pimpinan selalu beranggapan bahwa keberadaan organisasi informal merupakan suatu hal yang janggal, yang merupakan akibat gagalnya komunikasi formal yang memunculkan ketidakstabilan organisasi formal. Bentuk komunikasi informal dapat berupa pertemuan yang tidak direncanakan, seperti: bertemu dan ngobrol di kantin pada jam makan siang, di resepsi, atau pertemuan lainnya. Komunikasi informal ini mempunyai hal-hal yang positif, seperti: 
a. Bila jalan yang ditempuh melalui komunikasi formal melewati hambatan, dengan terpaksa digunakan komunikasi informal. 
b. Dalam suasana konflik dan penuh ketegangan. 
c. Sebagai sarana komunikasi. 
Dari kedua bentuk komunikasi tersebut di atas, setiap pimpinan harus dapat menempatkan diri agar tidak timbul perasaan suka atau tidak tidak suka. Pimpinan harus mencari dan melaksanakan nilai-nilai positif dari hubungan-hubungan tersebut. Ukuran sukses tidaknya seorang pimpinan terletak pada bagaimana pimpinan memadukan nilai positif yang dihasilkan dari komunikasi formal dan informal. 
Setiap bawahan dari suatu organisasi tentunya mempunyai motivasi. Adanya kebutuhan, keinginan, ketegangan, ketidaksenangan dan harapan termasuk ke dalam motivasi. 
Pimpinan juga harus dapat memotivasi bawahannya, misalnya memberikan apresiasi, perlakuan yang adil, dan suasana kerja. 

Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian
pengertian atau idea secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi
atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa.
Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian
[komunikator dan komunikan], tetapi seringkali proses penafsirannya keliru.
TIDAK ADANYA hubungan antara Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan
[arti atau penafsiran], dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan
sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya.
Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator
HARUS memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik
komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang
dipakainya.

Di era globalisasi seperti saat ini, peningkatan efektivitas komunikasi dianggap menjadi sumber keunggulan bersaing yang semakin menonjol. Karena komunikasi dan keberhasilan organisasi berhubungan. Memperbaiki komunikasi
berarti memperbaiki organisasi, dan tujuan utama dalam mempelajari komunikasi adalah memperbaiki organisasi. Ada delapan faktor yang menpengaruhi komunikasi yang efektif, salah satunya adalah budaya organisasi. Karena budaya organisasi dapat menyumbang pada stabilitas sistem sosial dalam perusahaan, sehingga dapat menolong semua anggota untuk bersama-sama mencapai kata sepakat dalam segala hal. Dan pada akhirnya, terbentuklah mekanisme kontrol yang membimbing dan membentuk sikap sertaprilaku karyawan. 

Diharapkan budaya organisasi tersebut dapat menciptakan suatu pola komunikasi internal yang efektif sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas komunikasi internal di PT. Krakatau Tirta Industri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian survey dengan tujuan eksplanasi (Explanatory Research). Responden dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Krakatau Tirta Industri dengan tehnik pengambilan sample yang digunakan adalah Stratified Random Sampling atau penentuan acak berdasarkan strata. 

Adapun stratifikasi yang dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah tingkatan dalam manajemen, yaitu tingkatan manajerial dan karyawan biasa atau staff.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada 105 responden. Kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik responden dan pertanyaan berdasarkan
indikator-indikator yang sesuai dengan variable penelitian, yaitu budaya organisasi serta efektifitas komunikasi internal. Data-data yang didapat kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan analisa regresi linier untuk mengetahui bagaimanapengaruh antara budaya organisasi terhadap efektivitas komunikasi internal yang digunakan PT. Krakatau Tirta Industri.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh sebesar 52,1% yang bersifat positif dan signifikan antara budaya organisasi terhadap efektivitas komunkasi internal di PT. Krakatau Tirta Industri .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar