Sabtu, 12 Januari 2013

10. PERENCANAAN LABA

 
A.   Pengertian Perencanaan Laba
Salah satu tujuan pendirian perusahaan adalah memperoleh laba yang
maksimal. Hal ini merupakan tugas manajemen untuk mencapai laba yang
diinginkan yaitu dengan menyusun perencanaan laba agar semua sumber daya
yang ada dalam perusahaan dapat diarahkan secara terorganisir dan terkendali.
Perencanaan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil  yang  diinginkan.  Pada  dasarnya  perencanaan  itu  merupakan  fungsi manajemen yang berhubungan dengan pemilihan berbagai alternatif tindakan dan  perumusan  kebijakan.  Suatu  perencanaan  bisa  terealisir  apabila manajemen  berhasil  dalam  menjalankan  perusahaan  yang  diukur  dengan besarnya laba (profitability). Pengertian perencanaan laba menurut Machfoedz (1996: 289) adalah sebagai berikut :
Perencanaan laba (profit planning) sering disebut budget perencanaan
(
planning budget) atau rencana operasi (plan operation) adalah rencana
dari manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi di masa yang
akan datang untuk mencapai tujuan perusahaan dibagi ke dalam dua
jenis rencana yaitu rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang.
Menurut Supriyono (2002: 331) “Perencanaan laba (profit planning)
adalah perencanaan yang digambarkan secara kuantitatif dalam keuangan danukuran  kuantitatif  lainnya.  Didalamnya  juga  ditentukan  tujuan  laba  yang dicapai oleh perusahaan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan laba adalah rencana kerja  yang telah diperhitungkan dengan cermat dan digambarkan secara kuantitatif dalam bentuk laporan keuangan untuk jangka pendek dan jangka panjang.

B.   Manfaat perencanaan laba
Menurut  Adolph  Matz  dkk.  (1993:  6-7), adanya  perencanaan  labamemiliki manfaat sebagai berikut :
1.    Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan masalah.
2.    Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan  terhadap masalah yang dihadapinya dan menanamkan kebiasaan pada organisasi   untuk   mengadakan  telaah   yang   seksama   sebelum  mengambil keputusan.
3.    Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba dan  mendorong  timbulnya  perilaku  yang  sadar  akan  penghematan biaya dan pemanfaatan sumber daya yang maksimum.
4.    Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan akhir  dan  rencana  yang  saling  terkait  dapat  menggambarkan keseluruhanorganisasi  dalam  bentuk  rencana  yang  terpadu  dan menyeluruh.
5.    Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbarui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala.
6.    Mengkoordinasikan serta mempertemukan semua upaya perusahaan ke dalam suatu prosedur perencanaan anggaran yang terarah karena inilah satu-satunya  cara  yang  paling  tepat  mengungkapkan  keselamatan kegiatan manajemen.
7.    Mengarahkan penggunaan modal dan daya upaya pada kegiatan yangpaling menguntungkan.
8.    Mendorong   standar   prestasi   yang   tinggi   dengan   merangsangkegairahan untuk bersaing menanamkan hasrat untuk mencapai tujuan, dan menumbuhkan minat untuk melaksanakan kegiatan secara lebih efektif.
9.    Berperan  sebagai  standar  untuk  mengukur  kegiatan  dan  menilai kebijakan manajemen dan tingkat kemampuan dari setiap pelaksana.

C.  Keterbatasan Perencanaan Laba
Selain memiliki manfaat, perencanaan laba juga memiliki beberapa keterbatasan.  MenurutAdolph  Matz  dkk.(1993:7-8),perencanaan  labamemiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
a.    Peramalan atau perencanaan bukanlah ilmu pasti. Jadi dalam setiap perencanaan  akanterdapat  sejumlah  pertimbangan.  Apabila  ada penyimpangan  dari  estimasi  maka  harus  dilakukan  perbaikan  atau modifikasi.
b.   Anggaran  dapat  mengikat  perhatian  manajer  pada  sasaran  tertentu yang tidak selarasdengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Jadi diperlukan  kecermatan  untuk  menyalurkan  upaya  manajer  setepat mungkin.
c.   Perencanaan laba memerlukan kerja sama dan peran serta dari seluruh anggota manajemen. Dasar keberhasilan perencanaan adalah ketaatan dan kegairahan pelaksana terhadap rencana laba.
d.   Penggunaan  anggaran  yang  berlebihan  sebagai  alat  evaluasi  dapat mengakibatkan   terjadinya   penyimpangan   fungsi (dysfunctional behavior).  Yang  dimaksud  dysfunctional  behavior  adalah  perilaku individu yang bertentangan dengan tujuan organisasi. Manajer akan berusaha dengan segala cara untuk meminimalisasi atau mengeliminasi adanya perbedaan dengan anggaran agar terlihat baik saat dievaluasi.
e.    Perencanaan laba tidak menghapus maupun mengambil alih peranan bagian administrasi. Para pelaksana tidak boleh merasa dibatasi oleh anggaran.  Sebaliknya  rencana  laba  disusun guna  memberikan penjelasan terinci yang memungkinkan pihak pelaksana menjalankan kegiatannya  dengan  mengerahkan  kemampuan  dan  hasrat  untuk  mencapai sasaran organisasi.
f.    Pelaksanaan rencana memerlukan waktu.

D.  Pendekataan dalam perencanaan laba
Perencanaan  laba  bukan  merupakan  hal  yang  mudah,  karena penerapannya  harus didasarkan  pada  pertimbangan-pertimbangan  keadaan  intern maupun ekstern perusahaan baik yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi  penetapan  laba  itu  sendiri.  Faktor  ekstern  yang  perlu dipertimbangkan  manajemen  dalam  perencanaan  laba  ini  adalah  kondisi perekonomian pada umumnya, tingkat populasi penduduk, pendapatan dan daya beli masyarakat, kemajuan teknologi, kebijaksanaan pemerintah dan lain-lain, yang kesemuanya ini sulit diramalkan secara baik. Sedangkan faktor intern  yang  perlu  dipertimbangkan  yaitu  keadaan  perusahaan  itu  sendiri berupa  besarnya  volume  penjualan  yang  diinginkan  untuk  mencapai  laba tertentu, bagaimana kemampuan kapasitas yang ada baik peralatan maupun personil yang ada, kemampuan keuangan dan sebagainya
Menurut  Krismiaji  (2002:  163)  dalam  penetapan  laba  terdapatpendekatan yang berbeda, yaitu :
a.    Didasarkan pada masa kembali modal yang diinvestasikan. Metode ini menghendaki  penetapan  tingkat  keuntungan  menjadi  titik  tolak penyusunan rencana.
b.   Didasarkan kepada produk yang akan dijual. Metode ini menghendaki perencanaan yang diformulasikan akan diperoleh berupa keuntungan.
c.   Didasarkan pada perhitungan menurut standar. Metode ini melakukan perhitungan dari proses perencanaan yang diukur dengan standar yang ada. Manajemen  memperhitungkan  relatif  keuntungan  menurut standar yang dianggap memuaskan perusahaan.

E.   Factor-faktor yang mempengaruhi perencanaan laba
a.    Laba atau rugi yang dialami dari volume penjualan tertentu.
b.   Volume penjualan yang harus dicapai untuk menutup seluruh biaya yang terpakai guna memperoleh laba yang memadai.
c.   Titik impas.
d.   Volume penjualan yang dapat dihasilkan oleh kapasitas operasi saat ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar